Sebuah majalah National Geographic Indonesia Edisi I menyebutkan bahwa provinsi Sumatera Barat, khususnya Padang memiliki potensi risiko tertinggi di dunia jika terjadi tsunami, ditinjau dari jumlah penduduk yang berada di pesisir pantai.
Tingginya risiko ini disebabkan letak geografis daerah ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan dilalui lempeng Indo Australia-Eurasia yang aktif bergerak empat hingga enam sentimeter per tahun.
Pergerakan lempeng itu jika bertumbukan atau mengalami patahan dapat memicu terjadinya gempa bumi yang berpotensi diikuti gelombang tsunami.
Karena itu, pemerintah provinsi Sumatera Barat (Sumbar) melakukan pemetaan daerah rawan bencana alam, melalui satu program pengelolaan dan penanganan dampak bencana. Program ini disetujui untuk didanai biaya kegiatan dengan APBD Sumbar 2010 sebesar Rp320 juta, kata Gubernur Sumbar, Marlis Rahman di Padang.
Seperti yang dilansir tvone.co.id, Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini meliputi, pemetaan distribusi penduduk di sekitar gunung berapi Gunung Tandikat, dengan dana Rp75 juta.
Gunung Tandikat berada dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Agam dengan tinggi 2.430 meter diatas permukaan laut (mdpl), yang lokasinya dekat dengan Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Gunung berapi dengan tipe “Stratovolcano” ini kini berstatus normal aktif.
Kegiatan kedua, melakukan pemetaaan pergerakan tanah di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam dengan anggaran disediakan Rp80 juta dan pemetaan mikrozonasi daerah Lubuk Sikaping dan sekitarnya melalui kegiatan dengan dana Rp75 juta. Selanjutnya, monitoring aktifitas Gunung berapi di Sumbar dengan anggaran Rp50 juta. Gunung berapi di Sumbar antara lain, Gunung Merapi, Gunung Tandikat dan Gunung Talang.
Kemudian, kegiatan pemantauan dan evaluasi bencana geologi di Sumbar disediakan anggaran Rp40 juta. Sumbar merupakan satu daerah rawan bencana, seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, tanah longsor termasuk gelombang tsunami.
Menurut Direktur Eksekutif LSM Komunitas Siaga Tsunami (Kogami), Patra Rina Dewi daerah pesisir pantai Sumbar dinilai paling beresiko terhadap bencana gelombang tsunami, karena sebanyak 534.878 orang warga terdata bermukim pada zona merah tsunami.
Warga tersebut bermukim di zona merah tsunami di kawasan pesisir Kota Padang, Pariaman, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat dan Kepulauan Mentawai. Data tersebut berdasarkan penelitian sejumlah pihak terkait ditingkat nasional.
Warga yang bermukim di zona merah tsunami itu terbesar di Kota Padang mencapai 380.402 orang, kemudian Pesisir Selatan (36.980), Pasaman Barat (29.649), Pariaman (25.029), Padang Pariaman (24.861), Agam (20.644) dan Kepulauan Mentawai (17.313).
Selain itu, tambahnya, Sumbar merupakan daerah dengan resiko dan potensi tsunami tinggi, berdasarkan sejarah dan hasil penelitian para ahli. Dari penelitian diketahui bencana gelombang tsunami menghantam Pulau Sumatera setiap 200 tahun dan Sumbar mempunyai potensi resiko tinggi jika musibah itu terjadi.
Peneliti itu antara lain dilakukan Prof Kerry Sieh dan Dr Danny Natawidjaya, yang mengungkapkan Sumbar, terutama Kota Padang dalam sejarah telah dua kali dilanda gelombang tsunami, yakni pada tahun 1604 dan 1833.
0 Komentar di Blogger