”Oh, Tuhan! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini,” kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu.
Abu
Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia
telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibatagresi Israel
di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini.
Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.
Beberapa hari
lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza
City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan,
Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba,
tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk
yang lucu itu bersimbah darah.
Melihat anaknya tergeletak di
lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru
mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya
dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu,
sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah
sudah tewas.
Rupanya tentara Israel yang selalu membawa anjing
pelacak saat melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, memang punya maksud
tertentu dengan tindakannya itu. Jenazah Shahd sengaja dibiarkan
tergeletak di halaman terbuka itu untuk (maaf) dijadikan santapan
anjing.
”Anjing-anjing itu meninggalkan satu bagian utuh tubuh
bayi malang itu,” kata Abu Aukal, dengan air mata berderai, saat
menuturkan cerita tragis itu, seperti dikutip islamonline, kemarin.
”Kami
melihat pemandangan memilukan selama 18 hari terakhir (agresi Israel).
Kami mengangkat mayat anak-anak yang tercabik atau terbakar. Tapi, tak
ada yang seperti ini,” kata Abu Aukal.
Berhari-hari saudara
Shahd, Matar, dan sepupunya, Muhammad, mencoba meraih tubuh gadis itu,
tapi sia-sia. Lagi-lagi, tentara pendudukan Israel menggunakan bahasa
tembakan untuk mengusir kedua bocah itu.
Tapi, melihat tubuh
Shahd yang terus dicabik anjing dari hari ke hari, Matar dan Muhammad
tak tahan. Pada hari kelima, keduanya nekat mendekati tubuh Shahd yang
masih tersisa untuk membawanya pulang.Belum lagi keduanya meraih tubuh
Shahd, tentara Israel menghujani dengan tembakan. Keduanya tewas.
Omran
Zayda, tetangga Shahd, menilai tentara Israel sangat mengetahui apa
yang mereka lakukan. ”Mereka (tentara Israel–Red) menghalau dan mencegah
keluarga yang ingin mengambil mayat (Shahd), karena mengetahui
anjing-anjing mereka akan memakannya,” katanya.
Apa yang terjadi
pada Shahd, kata Zayda, tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tidak
pula rekayasa kamera. ”Anda tidak akan pernah membayangkan apa yang
telah dilakukan anjing-anjing itu kepada tubuh anak tak berdosa itu,”
kata pria ini sambil menahan air matanya.
Zayda menambahkan,
”Mereka bukan hanya membunuh anak-anak kami. Mereka juga melakukan
tindakan yang sangat keji dan tak berperikemanusiaan.” Sejumlah orang
Palestina meyakini apa yang terjadi pada Shahd bukanlah satu-satunya
kasus mengerikan yang dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di
Gaza.
Sebelumnya, menimpa keluarga Abu Rabu yang sedang mencoba
menguburkan tiga anggota keluarganya yang tewas, ketika tentara Israel
secara tiba-tiba mencegah acara penguburan itu dengan berondongan
peluru.
Saat keluarga yang sedang berduka itu menjauh, tentara Israel melepaskan anjing-anjing pelacaknya ke arah tubuh-tubuh itu.