Teknologi antariksa manusia masa kini, terutama dari negara maju
seperti Amerika Serikat dan Rusia, mampu mendeteksi benda antariksa yang
berpotensi untuk menumbuk Bumi. Tapi, pada peristiwa ledakan meteor di
Rusia. manusia rupanya "kecolongan".
Pertanyaannya sekarang, mengapa manusia dan teknologinya bisa kecolongan?
“Tidak
terdeteksinya meteor yang meledak di Rusia mungkin karena keterbatasan
sistem yang ada saat ini dalam mendeteksi benda-benda langit berukuran
kecil dengan jarak yang jauh,” kata Dr. Hakim L. Malasan, ahli Astronomi
ITB, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/2/2013).
Hakim mengungkapkan, benda angkasa dikategorikan kecil bila ukurannya kurang dari 30 meter.
Hal
yang sama juga dikemukakan astrofisikawan Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin. “Ukuran asteroid yang
terlalu kecil membuat keberadaannya sulit terdeteksi,” katanya.
Thomas
mengungkapkan, obyek luar angkasa yang berada di dekat bumi saat ini
dideteksi menggunakan metode optik. Deteksi obyek dengan metode ini
didasarkan pada kecerlangan obyek tersebut. Metode ini memiliki
keterbatasan dalam mendeteksi benda-benda luar angkasa yang berukuran
kecil.
“Mendeteksi asteroid berukuran kecil itu sulit karena
objek tersebut sangat redup apalagi kalau jaraknya jauh dari Bumi,
sehingga sering luput dari pengamatan," papar Thomas yang juga dihubungi
hari ini.
"Kalaupun terdeteksi, biasanya asteroid tersebut sudah
berada pada jarak yang sangat dekat dengan Bumi dan kita sulit berbuat
banyak untuk menghindarinya. Berbeda dengan asteroid 2012 DA14 yang
relatif mudah dikenali,” tambahnya.
Asteroid 2012 DA14 diketahui melintas dekat Bumi pada Sabtu (16/2/2013) dini hari waktu Indonesia.
Menurut
Thomas, asteroid berukuran relatif kecil yang berpotensi menghantam
Bumi memang pernah terdeteksi. Sayangnya, ini cuma secara tak sengaja.
Asteroid itu menghantam Bumi pada tahun 2008, tepatnya di wilayah Sudan,
Afrika.
Asteroid yang jatuh di Sudan berukuran lebih kecil,
diameterya hanya 6 meter. Diperhitungkan, asteroid jatuh 19 jam setelah
terdeteksi. Lokasi tumbukan juga sudah ditentukan. Dan, tumbukan memang
terjadi sesuai prediksi.
Thomas menambahkan, selain ukuran yang
kecil, kecepatan meteor ketika jatuh ke Bumi juga menjadi salah satu
faktor tidak terdeteksinya meteor yang meledak di Rusia.
“Kecepatan
rata-rata asteroid saat jatuh bisa mencapai 20 – 30 km/detik atau
setara 70.000 km – 100.000 km/jam. Karenanya bila asteroid
teridentifikasi pada jarak 2 juta km, itu artinya asteroid tersebut
sudah sangat dekat dengan Bumi,” ujar Thomas.
Informasi yang
terbaru dari portal resmi NASA ukuran meteorit yang meledak di Rusia
sebesar 17 meter (sebelumnya 15 meter) dengan bobot 10.000 ton. Meski
digolongkan berukuran kecil, meteorit ini ukurannya lebih besar bila
dibandingkan dengan meteor yang jatuh di lepas Pantai Bone tahun 2008
lalu. Ledakannya menyebabkan 200.000 meter persegi kaca pecah di lokasi
bencana, dan melukai sekitar 1.200 orang.
Hakim dan Thomas
menerangkan, kerusakan yang terjadi di lokasi bukan diakibatkan oleh
tumbukan atau serpihan meteor, akan tetapi pleh gelombang kejut yang
muncul ketika meteor tersebut meledak.
Sumber
0 Komentar di Blogger